8 Karakter Kepemimpinan Hasta Brata - ANSOR TANGSEL

Wednesday, October 28, 2020

8 Karakter Kepemimpinan Hasta Brata

Kepemimpinan Dalam Budha-Hindu


Dalam kehidupan bermasyarakat, tentunya kita tidak asing lagi yang namanya dengan kepemimpinan. Hal tersebut karena tujuan Allah Swt dalam menciptakan manusia untuk mengemban tugas sebagai kholifatullah fil Ardl (wakil Allah SWT di muka bumi) dengan adanya peran tersebut diharapkan manusia bisa memberikan kedamaian, ketentraman, dan kemakmuran dalam kehidupan di dunia.

Namun sayangnya, peran tersebut belum maksimal ketika kita melihat fenomena yang terjadi saat ini. Masih ada sebagian pemimpin bangsa yang melakukan korupsi, menindas rakyat kecil, dan kurang berlaku adil dalam menerapkan kebijakannya.

Dengan kenyataan tersebut, seharusnya para pemimpin bangsa bisa belajar konsep kepemimpinan yang ada pada kerajaan-kerajaan terdahulu, yang telah mengalami kejayaan dan diakui oleh dunia terlebih kerajaan di Jawa semisal Majapahit,  Pajajaran, Kediri, dan sebagainya.  

Peradaban kerajaan di Jawa yang pernah jaya memberikan gambaran kepada kita semua, bahwasanya bangsa ini adalah bangsa yang besar dengan para pemimpin yang berkarakter, mempunyai visi dan misi kedepan, untuk itu seharusnya para pemimpin negeri ini, bisa bercermin untuk merefleksi diri agar mampu mengikutinya.

Adapun kepemimpinan dalam budaya Jawa yang sudah terkenal yaitu 'Hasta Brata' yang berarti hasta delapan dan brata adalah laku atau tindakan. Jadi hasta brata adalah delapan tindakan yang harus dilakukan atau dilaksanakan untuk menjadi pemimpin baik raja, sultan, presiden, legislatif, bangsawan, tokoh masyarakat, maupun pemimpin organisasi termasuk lingkungan pendidikan (Haditsutrisno, 2009).

Delapan laku tersebut;

  • Pertama, Laku Hambeging Kisma: maknanya seorang pemimpin harus selalu berbelas kasih dengan siapa saja. Kisma artinya tanah, tanah tidak memperlihatkan jasanya. Walaupun dicangkul, diinjak, dibajak, tetap memberikan kesuburan dan menumbuhkan tanam-tanam.
  • Kedua, Laku Hambeging Tirta: seorang pemimpin harus adil seperti air yang selalu rata permukaannya. Keadilan bisa ditegakkan, ibarat air yang membersihkan kotoran.
  • Ketiga, Laku Hambeging Dahana: seorang pemimpin harus tegas seperti api yang sedang membakar. Namun harus mampu menakar berdasarkan akal sehat.
  • Keempat, Laku Hambeging Samirana: seorang pemimpin harus berjiwa teliti di mana saja berada. Baik buruk rakyatnya harus diketahui oleh mata kepala sendiri, tanpa menggantungkan laporan dari bawahan saja.
  • Kelima, Laku Hambeging Samodra: seorang pemimpin harus mempunyai sifat pemaaf sebagaimana samudra raya yang siap menampung apa saja yang hanyut dari dataran.
  • Keenam, Laku Hambeging Surya: seorang pemimpin harus memberi inspirasi pada bawahannya ibarat matahari yang selalu menyinari bumi dan memberi energi pada setiap makhluk.
  • Ketujuh, Laku Hambeging Candra: seorang pemimpin harus bisa memberi penerangan yang menyejukkan seperti bulan bersinar terang benderang namun tidak panas.
  • Kedelapan, Laku Hambeging Kartika: seorang pemimpin harus tetap percaya diri meskipun dalam dirinya ada kekurangan. Ibarat bintang-bintang di angkasa, walaupun ia sangat kecil tapi dengan optimis memancarkan cahayanya.


Tentunya ajaran hasta brata memberikan cerminan dan kesadaran kosmis, bahwasnya jika mau merenungi segala isi di dunia akan  menemukan pelajaran yang luas biasa dari jagat daya ini. Semoga bangsa Indonesia selalu dalam pemimpin yang adil, dan peduli dengan rakyat kecil.

*Disarikan dari jurnal 'korelasi antara hasta brata dan islamic leadership' Muhammad Hamim.

Ditulis oleh Syaiful Ahyar
Penulis merupakan Anggota kader Ansor Tangsel perwakilan Ciputat Timur, sekaligus ketua kelas dalam Pelatihan Kepemimpinan Dasar (PKD) Pengurus Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kota Tangerang Selatan angkatan ke-II pada tanggal 23-25 Oktober 2020, di MI. Nurul Falah RMJ, Serpong – Tangsel.

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Disqus comments