Ceritaku dalam Acara "Bisa Menulis" Canggung dengan Merokok - ANSOR TANGSEL

Sunday, February 21, 2021

Ceritaku dalam Acara "Bisa Menulis" Canggung dengan Merokok

 

Kelas Online Bisa Menulis


Senin malam pukul 20.00 wib, kali pertama saya diamanahkan untuk menjadi host sekaligus moderator acara virtual yang diselenggarakan oleh PC GP Ansor Tangsel yang mengusung tema "ANSOR BANSER BISA MENULIS".

 

Rasa canggung, tidak percaya diri sempat dirasakan diawal sebelum acara itu dimulai. Bagaimana tidak ? Narasumber yang mengisi materi malam itu sudah sangat masyhur dikalangan para pegiat literasi di Indonesia, beliau adalah KH. A. Ubaidillah (Kang Ubed) yang merupakan founder dari Pusat Studi Pesantren (PSP) sekaligus memperkarsai Iqra.id.

 

Beliau adalah mahasiswa tamatan Sastra Alumni UI dan Rusia, beliau sudah malang melintang mencari jejaring literasi di kalangan pesantren, yang saat ini jaringannya sudah terkoneksi lebih dari 400 pesantren di Indonesia dan menggalakkan Gerakan Suara Pesantren dengan harapan pesantren menjadi simpul penggerak literasi digital. Sungguh pencapaian yang luar biasa, segala pengorbanan beliau korbankan, baik secara waktu, fikiran serta tenaga.

 

Narasumber berikutnya adalah Nur Inayah, S.Ud, sekaligus Mahasiswi Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI Sadra - Jakarta) yang merupakan seorang santriwati, novelis serta penggerak literasi di Cirebon Timur. Sudah ada 2 novel yang beliau buat yang berjudul "Mengaji Cinta" serta "Setia Menunggu Hujan Reda". Yang seharusnya beliau ikut memberikan materi malam itu, namun qadarullah beliau tidak bisa ikut bergabung dalam acara virtual.

 

Beberapa rangkaian acara terlewati dengan baik, tibalah saatnya Narasumber memperkenalkan diri serta memberikan materinya. Beliau memberikan motivasi dan mencoba membangun perspektif dalam menulis. Secara pragmatical beliau jelaskan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti bagi kami.

 

Alih-alih ditengah pemaparan materi beliau, organ-organ di mulut terasa mulai protes, lidah terasa asem (ucapku dalam hati).. he he maklum pengin "ngudud". Tidak sampai disitu akhirnya video pada layar laptop saya "off" kan sementara dan menyalakan sebatang rokok guna mengobati rasa asem pada mulut yang tertahan.

 

Saking menarik dan rasa antusias yang tinggi, tidak terasa durasi yang tadinya hanya 1 jam sudah hampir 2 jam acara berlangsung. Sampai tibalah sesi tanya-jawab, saya selaku moderator mempersilahkan para audien peserta zoom meeting untuk memberikan pertanyaan.

 

Akhirnya selesai sudah sesi tanya jawab yang sudah dilakukan, setidaknya ada 3 pertanyaan yang dilayangkan oleh peserta 1 diantaranya adalah pertanyaan dari saya.

 

Selesai sudah acara demi acara telah terlaksana dengan baik, meski tentu banyak kekurangan. Tapi tak mengapa, apa yang dilalukan hari ini justru bisa dijadikan evaluasi untuk hari-hari berikutnya.

 

Dari pemaparan materi yang telah disampaikan, saya mencatat beberapa point penting yang menjadi motivasi saya untuk menuliskan cerita ini.

 

Yaitu: "Tulisan yang baik adalah tulisan yang selesai, Ide yang baik adalah Ide yang dieksekusi".

 

Seakan menjadi cambuk bagi diri ini, maka dari penyampaian beliau saya memberanikan untuk menuliskan cerita ini.

 

Nah, jika kita ingin ahli menulis, maka kita harus sabar dalam belajar dan terus memperbanyak ilmu kita dengan membaca, sehingga tulisan kita juga tidak asal-asalan dan menjadi tulisan yang berkualitas.

 

Seperti kata Imam Syafi’i, “Jika kau tak tahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan”.

 

"Setiap penulis akan mati. Hanya karyanyalah yang abadi. Maka tulislah sesuatu yang membahagiakan dirimu di akhirat nanti." (Ali bin Abi Thalib)

Lelah dalam belajar adalah hal yang wajar, tetapi jangan pernah berhenti untuk belajar.

Akhirnya, Jika kata tak mampu bersuara, biar hati yang bicara (dan menuliskan ceritanya). Itu ceritaku, mana ceritamu?

 

Editor : Kholili

Penulis Cerita : Muhammad Suryaman, S.Pd  - Ketua PAC GP Ansor Ciputat.


Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Disqus comments