Kebijakan
pemerintah soal investasi minuman beralkohol menimbulkan polemik di masyarakat.
Beberapa ormas Islam, tokoh agama, dan masyarakat tidak setuju soal kebijakan
tersebut. Di samping itu, minuman beralkohol mempunyai citra yang buruk di
kalangan muslim apalagi dengan ajaran agama Islam yang melarang minuman yang
memabukkan.
Minuman
beralkohol identik dengan kenakalan, kekacauan, dan keburukan karena
kenyataannya banyak kejadian penyimpangan yang tidak lepas dari akibat minuman
yang berbau alkohol. Walapun kebijakan investasi tersebut hanya berlaku di
beberapa wilayah, seperti Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Utara
(Sulut), dan Bali.
Namun
penolakan masyarakat, dan tokoh Islam merupakan bagian dari upaya mengawal dan
mempertahankan budaya Indonesia yang tidak lepas dari budaya timur soal ajaran
Islam.
Menanggapi
penolakan tersebut, akhirnya Presiden Joko Widodo mencabut/membatalkan investasi
minuman beralkohol yang akan di sahkan. Hal ini patut di apresiasi secara
serius, tanggapan pemerintah dalam hal ini khusunya bapak Jokowi, mau mendengarkan
pendapat dari berbagai element, terutama oraganisasi besar Islam seperti
Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah yang kemudian berakibat pada dicabutnya
Perpres 10 tahun 2021 tentang Legalitas investasi miras (minuman beralkohol) di
Indonesia.
Peristiwa tersebut menjadi pelajaran yang luar biasa bagi kalangan pemuda, di mana minuman beralkohol masih tabu di kehidupan masyarakat Indonesia ketika hal itu dilakukan secara terang-terangan. Karena pada kenyataannya masih ada sebagian pemuda yang minum alkohol sehingga mabuk dan menimbulkan kekacuan dan kegaduhan di kehidupan masyarakat.
Hal
ini sudah sering diberitakan di berbagai media, baik digital maupun cetak.
Melihat kejadian tersebut, tentunya sangat meresahkan bagi perkembangan pemuda
kedepannya. Di samping pemuda sebagai garda terdepan untuk melanjutkan
kepemimpinan bangsa, juga sebagai cerminan karakter bangsa. Jika pemudanya
sudah melakukan penyimpangan di masa mudanya, bagaimana nasib bangsa kedepannya.
Peran
orang tua, masyarakat, dan negara sangat dibutuhkan untuk mengawal pemuda dan
mempersiapkannya menjadi generasi yang berkualitas. Tanpa adanya bimbingan dan
arahan dari stake holder, maka harapan itu menjadi sirna dan sia-sia.
Karena tantangan zaman yang semakin komplek, ditambah dengan perkembanagn
teknologi yang tak bisa dibendung lagi.
Potensi
untuk melakukan penyimpangan sangat terbuka lebar, karena pengaruh teknologi, dan
itu tidak bisa dihindari, apalagi di jauhi, karena sudah menjadi kebutuhan saat
ini. Kemudian hal yang bisa dilakukan adalah memberikan pemahaman soal literasi
digital yaitu dengan cara mengarahkan akses dan kontrol dalam menggunakan teknologi
digital dengan baik dan sesuai dengan etika yang berlaku.
Baca juga : Menjelang Satu Abad NU: Respon Generasi Muda NU
Organisasi
kepemudaan sangat diharapkan kehadirannya ditengah pemuda yang galau, tidak memiliki
tujuan hidup yang jelas dan lain sebagainya. Seperti halnya organisasi Gerakan
Pemuda Ansor, sebagai basis organisasi kepemudaan yang mengusung nilai-nilai ke-islam-an
dan ke-nasional-annya sudah di akui serta berjalan hingga kini.
Organisasi
Gerakan Pemuda Ansor bisa menjadi pengasuh atau pembimbing para pemuda yang
galau, karena di dalam organisasi tersebut, di ajarkan nilai-nilai keislaman
dan tata cara menghadapi kehidupan, sekaligus menyelesaikan masalah. Sebab
dalam kaderisasi yang dilakukan oleh Gerakan Pemuda Ansor lebih bersifat
praktik sehingga pemuda akan lebih senang, ketika dihadapkan dengan realitas
yang dihadapi dari pada bergelut dalam teori.
Di
samping itu, Gerakan Pemuda Ansor senantiasa pro-aktif dalam menjaring para
pemuda, dan melakukan inovasi serta kreatifitas untuk menarik perhatian para
pemuda agar tertarik untuk bergabung dengan GP Ansor. Upaya tersebut merupakan
bagian dari ikhtiar untuk menyiapkan generasi pemuda yang berkompeten, unggul,
dan maju.
Baca juga : Kirim Tulisan atau Artikel di Website Ansor Tangsel
Indonesia di harapkan menjadi negara yang maju dengan para pemuda yang berkualitas untuk mempimpin bangsa dan merawatnya dengan benar. Kemajuan negara tidak bisa dilepaskan oleh kualitas pemudanya. Semangat pemuda adalah semangat kemajuan bangsa.
Penulis : Syaiful Ahyar – Kader GP Ansor Tangsel dan Redaktur NU Online Banten.