Memaknai Sumpah Pemuda di Era Milennial - ANSOR TANGSEL

Wednesday, October 28, 2020

Memaknai Sumpah Pemuda di Era Milennial

Sumber Grafis Freepik.com

Ansor Tangsel, Sumpah Pemuda yang dihasilkan dari kongres II para pemuda dan mahasiswa yang berlangsung di halaman depan gedung IC, Jl. Kramat Raya 106, Jakarta. Merupakan sejarah atas peran pemuda yang begitu luar biasa. Tidak hanya sekedar mengepalkan tangan untuk menyerukan persatuan Indonesia, namun juga  sebagai simbol atas kemajuan berfikir pemuda bangsa Indonesia. (Suwirta, Andi, 2003).

Selain itu, diikuti sekitar 700 peserta dari berbagai suku, ras, dan agama yang terdiri dari perhimpunan pelajar-pelajar Indonesia (PPPI), pemuda Indonesia, Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Bataks Bond, Jong Celebes, Jong Ambon, Jong Islamieten bond, Pemuda Kaum Betawi, Sekar Rukun, dan sebagainya. (SP Lili Tjahjadi, Kompas, 2020). Peristiwa itu menunjukkan betapa plural dan saling menghargai antar pemuda demi cita-cita kemerdekaan dan persatuan Indonesia.

Menurut Keith Foucher, selama berlangsungnya kongres II, para pemuda dalam bahasa pengantar dan proses perdebatan hampir rata-rata menggunakan bahasa Belanda. (Foulcher, 2000:4) namun dalam merumuskan teks sumpah pemuda, mereka bersepakat bahwasanya bahasa Indonesia sebagai bahasa Persatuan. Sebagaimana bunyi teks lengkapnya sebagai berikut "kami putra dan putri Indonesia: (1) mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia: (2) mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia dan (3) menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia". (Reksodipuro & Soebagio ed,. 1974:69)

Meskipun peristiwa itu sudah berlangsung 91 tahun yang lalu, namun semangat pemuda untuk terus menggelorakan sumpah tersebut tidak akan pernah redup. Walaupun perkembangan zaman dan kepemimpinan silih berganti, para pemuda hingga sampai saat ini masih memiliki taji dan peran yang signifikan untuk kemajuan negri ini. Kita tahu, bahwasanya bangsa ini didirikan oleh para pemuda yang gigih dalam berjuang untuk meraih kemederdekaan.  

Lantas bagaimana para pemuda memaknai 'Sumpah Pemuda' di era Milennial! Tidak lepas dari rumusan teks dalam bunyi yang pertama, dan kedua bahwasanya (1)."Bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia" dan (2)."Berbangsa yang satu, bangsa Indonesia" adalah hal yang pokok dan wajib untuk dijaga sampai ke anak cucu pewaris bangsa ini. Segala ideologi yang bertentangan dengan Pancasila, harus dibubarkan sebagaimana organisasi HTI, bukan malah ikut andil dalam menyebarkan ideologi HTI yang dianggap sebagai solusi.  Namun kenyataannya, tidak cocok di terapkan di negri ini. Para pemuda diharapkan bisa membangun daya kritis di era teknologi yang begitu cepat dengan segala informasi. Berita hoax menyebar kemana-mana, hingga banyak sekali korban hoax. Peran pemuda dalam menjaga NKRI begitu dominan karena hampir setiap harinya beraktifitas menggunakan handphone yang tersambung internet.  Pemuda sebagai garda terdepan, harus mampu memilah dan memilih, mana ideologi yang bertentangan dengan Pancasila dan mana yang bukan.

Selain itu, pemuda di era Milennial, harus mampu mengikuti perkembangan zaman yang begitu cepat yang ditandai dengan zaman Revolusi Industri 4.0 dengan tagline "Siapa yang menguasai teknologi, mereka akan mampu menguasai dunia". Karena internet menyambungkan seluruh penduduk bumi dari berbagai belahan manapun.

Ketersambungan itu, menghasilkan transfer budaya yang tidak bisa dibendung lagi. Komoditas budaya suatu negara akan begitu cepat mempengaruhi negara lain seperti halnya K-PoP, dari Korea Selatan bisa mempengaruhi para pemuda di negri ini. Berbagai atribut, gaya busana, dan komunikasi sudah masuk dalam trendsetter para pemuda Indonesia. Dengan fenomena tersebut, memberikan gambaran betapa hebatnya perubahan dunia di era internet. Para pemuda harus mampu menangkap gejala tersebut, sambil mempersiapkan diri untuk memperkenalkan budaya negeri kita agar menjadi komoditas yang bisa disebarluaskan ke ranah internasional seperti halnya "kain batik".

Dan terakhir, (3) "Menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia" merupakan kedudukan yang sangat penting bagi keberlangsungan bangsa ini agar semakin menyatu.  Selain itu,  digunakan sebagai lambang dan identitas nasional dan merupakan salah satu tali yang mengikat kita menjadi satu Indonesia (Rosyidi, 2015).

Di era digital yang banyak menuntut penguasaan teknologi dan bahasa asing pada berbagai kehidupan saat ini, masih meminggirkan posisi  bahasa Indonesia. Marsudi (2009: 135) seharusnya, posisi ini tidak berarti bahwa, bahasa Indonesia tidak mampu bersaing dengan bahasa lain di dunia,  tetapi lebih pada sikap bangsa Indonesia sebagai pengguna bahasa Indonesia cenderung menunjukkan sikap negatif. Ditambah dengan fenomena penggunaan bahasa asing, dengan adanya sekolah bertaraf Internasional, dan berbagai program-program yang berbau Internasional di Perguruan Tinggi. (Wijana, 2018: 92)

Walaupun begitu berat, karena adanya tuntutan zaman yang mengharuskan menggunakan bahasa asing, namun bukan berarti kita semakin jauh dari bahasa Indonesia. Karena bagaimanapun bahasa Indonesia telah berperan penting dalam persatuan bangsa ini.  Untuk generasi pemuda diharapkan mampu memperkenalkan bahasa Indonesia di taraf internasional, dengan cara membuat konten YouTube dan tutorial bagaimana cara mengggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.  Sambil memperkenalkan budaya Indonesia  agar bangsa asing tertarik.

Dengan begitu peran pemuda di era milennial akan selalu relevan dalam perubahan zaman untuk berkontribusi kepada bangsa ini agar tetap jaya, makmur, dan sentosa.  

Daftar Pustaka:
1. Marsudi, 2009. Jati diri Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi.
2. Wijana, 2018. Pertahanan dan Pengembangan Bahasa Indonesia.
3. Wardani, 2013. Sikap Bahasa siswa terhadap bahasa Indonesia.
4. Foulcher, Keith, 2000. Sumpah Pemuda: Makna dan proses penciptaan atas sebuah simbol kebangsaan Indonesia.
5. Reksodipuro & Soebagio, 1974. Sumpah Pemuda dalam sejarah.
6. SP. Lili Tjahjadi, 2020. Soempah Pemoeda, Kompas.
7. Suwirta, Andi. 2003. Sumpah Pemuda dan sumpah Gue-Muda: memaknai peristiwa sejarah yang berubah.

Ditulis oleh Syaiful Ahyar
Penulis merupakan Anggota kader Ansor Tangsel perwakilan Ciputat Timur, sekaligus ketua kelas dalam Pelatihan Kepemimpinan Dasar (PKD) Pengurus Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kota Tangerang Selatan angkatan ke-II pada tanggal 23-25 Oktober 2020, di MI. Nurul Falah RMJ, Serpong – Tangsel.

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Disqus comments